1.4
Manfaat
1. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan penulis mengenai
kontraksi otot, mulai dari mekanisme kontraksi otot, sumber energi kontraksi
otot, sifat-sifat otot, komposisi penyusun otot, serta faktor-faktor yang
mempengaruhi kontaraksi otot. Pengetahuan ini diharapkan nantinya dapat di
sampaika kepada siswa pada saat penyampaian materi yang berhubungan dengan
sistim gerak pada manusia dan hewan. Selain
itu, penulis juga dapat menerapkan pengetahuannya ini di dalam
masyarakat sehingga akan menjadi lebih bermakna dan bermanfaat
2. Bagi Pembaca.
Menambah pengetahuan masyarakat terutama
masyarakat awam mengenai kontraksi otot,
sehingga diharapkan mereka bisa memahami mekanisme, sumber energi, sifat-sifat,
fungsi dan komposisi otot serta faktor-faktor yang mempengaruhi kontraksi otot,
khususnya kontraksi otot pada rangka.
2. METODE PENULISAN
Metode penulisan yang digunakan dalam
penyusunan artikel ini adalah metode kepustakaan. Dimana informasi yang
diperoleh berasal dari buku dan pencarian melalui internet.
3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1
Bagaimana Mekanisme Kontraksi Otot
Otot rangka adalah organ peka rangsang yang
disarafi oleh saraf motorik somatik dalam kesatuan yang disebut unit motorik
(motor unit). Penghantaran impuls (potensial aksi) saraf motorik alfa menuju
motor endplate di membrane otot rangka merupakan pristiwa yang mengawali
kontraksi otot. Sebelum terjadi potensial aksi saraf motorik alfa, di motor
endplate telah terjadi depolarisasi sebagai lepasnya (release) Ach
(asetilkolin) dalam kuantum secara terus menerus. Dengan adanya potensial aksi
di saraf motoriknya, pengelepasan asetilkolin akan sangat banyak sehingga
depolarisasi di endplate menjadi potensial aksi otot yang kemudian menjalar
sepanjang membran otot tubulus T. Akibatnya, pintu Ca di reticulum sarkoplasma
membuka dan melepaskan ion Ca ke sitoplasma sel otot. Ion Ca kemudian menyebar
keseluruh sitoplasma dan berikatan dengan troponin C. Ikatan troponin C dengan
ion Ca mengakibatkan perubahan konformasi molekul troponin, membuka binding
sites untuk kepala myosin di molekul
aktin. Pembukaan binding sites tersebut memungkinkan terjadinya jembatan silang
(cross bridges) antar filament aktin dan miosin. Selanjutnya, dengan katalis
enzim myosin-ATP-ase, terjadi hidrolisis ATP menjadi ADP + Pi + energi di
kepala miosin yang memungkinkan pembengkokan kepala myosin sehingga miofilamen
bergerak saling bergeser (sliding of miofilaments) kearah pertengengahan
sarkomer menghasilkan kontraksi otot. Seluruh pristiwa kontraksi otot rangka
mulai dari perangsangan saraf motorik hingga pergeseran miofilamen di sebut
sebagai exitation-contraction coupling.
Gambar 3. Perjalanan impuls dari ujung saraf
motorik sehingga menghasilkan pergeseran filamen.
Berdasarkan urutan kejadian pada perangsangan
otot rangka tersebut, dapat diketahui bahwa jika dilakukan perekaman perubahan
listrik dan mekanik di otot rangka akan diperoleh gambaran seperti berikut:
Gambar 4. Diagram yang menggambarkan hubungan
waktu terjadinya:
- potensial aksi saraf motorik( grafik paling atas )
- potensial aksi serat otot rangka ( grafik di tengah )
- kontraksi serat otot rangka ( grafik paling bawah )
Dari gambar tersebut kita dapat melihat
perbedaan lama berlangsungnya perubahan listrik dan mekanik, yaitu perubahan
listrik otot rangka yang berlangsung selama 2 milidetik sedangkan perubahan
mekaniknya berlangsung selama 10 – 100 milidetik., tergantung pada serat otot
rangkanya. Kita juga dapat mengetahui peranan dari ion Na dan K dalam
menghasilkan potensial aksi di membrane serat otot serta peran ion Ca dalam
memulai pristiwa pergeseran miofilamen. Jika kemudian impuls di saraf motorik
berhenti, maka ion Ca dalam sitoplasma akan kembali keretikulum sakoplasma
melalui kanal ion oleh kegiatan pompa aktif. Ketiadaan ion Ca di sitoplasma
mengakibatkan binding sites di filament aktin tertutup kembali, ikatan aktin
dan myosin terlepas sehingga terjadilah relaksasi otot.
Saraf motorik, sebagaimana saraf pada
umumnya, mempunyai ambang rangsang tertentu. Jika telah tercapai ambang
rangsangnya, maka di saraf tersebut dapat terbentuk potensial aksi yang akan
yang akan di hantarkan sebagai impuls. Dengan demikian, jika seberkas saraf
motorik yang terdiri atas banyak serat saraf dirangsang, maka saraf motorik
yang akan menghantarkan potensial aksi adalah serat saraf yang dilampaui ambang
rangsangnya. Perbedaan ambang rangsang saraf serta persarafan otot rangka
melalui unit motorik pada perubahan intensitas perangsang sara motorik.
Karakteristik perangsangan lain juga akan
penting dalam menghasilkan perubahan perubahan kekuatan kontraksi otot rangka
adalah frekuensi perangsangan pada perangsangan berulang. Pada perangsangan
berulang, ion Ca yang dilepas ke sitoplasma akan bertambah jumlahnya, membuka
lebih banyak binding sites, menambah jumlah jembatan silang sehingga
meningkatkan kekuatan kontraksi otot. Perubahan frekuensi perangsangan tersebut
akan menghasilkan perubahan pola kontraksi yang jika di buat rekaman kegiatan
mekaniknya (mekanomiogram) akan memperlihatkan pola yang khas. Pada
perangsangan yang sangat tinggi frekuensinya, kontraksi otot akan berlangsung
terus menerus tanpa diikuti oleh fase relaksasi. Hal ini dimungkinkan karena
perangsangan yang diberikan secara berurutan tersebut terjadi saat kontraksi
otot masih berlangsung sedangkan kegiatan listriknya telah selesai. Dengan kata
lain, otot rangka masih berkontraksi dapat memberikan respon atas pemberian
rangsang berikutnya karena pada saat itu, otot tersebut telah melampaui masa
refrakternya. Berbeda dengan otot rangka, kontraksi otot jantung tidak dapat
terjadi karena masa refrakter otot jantung berlangsung hamper sama panjang
dengan masa kontraksinya (Gambar 5 )
Gambar 5. Diagram yang menggambarkan
perbedaan masa refrakter dengan masa kontraksi otot jantung (kiri) dan otot
rangka (kanan)
3.1
Fungsi Otot Sadar( Skeletal Muscle )
Pada umumnya, fungsi dari otot sadar
meliputi:
- Mempertahankan sikap atau posisi tubuh.
- Melakukan berbagai macam gerakan, diantaranya yang menyangkut anggota tubuh, untuk menggerakkan makanan, dan menghasilkan suara. Selain itu, ada beberapa fungsi dari otot tak sadar meliputi gerakan organ dalam seperti:
- Mendorong gerakan zat yang terdapat didalam bermacam-macam saluran, seperti: gerakan makanan dalam saluran pencernaan.
- Mendorong zat yang tersimpan didalam suatu kantung, seperti empedu yang keluar dari kantung empedu.
- Mengatur diameter saluran, misalnya diameter pembuluh darah, dan diameter saluran pernafasan.
3.2
Komposisi Otot
Bahan penyusun otot antara lain:
- Air, dimana andungan air didalam otot berkisar antara 75-80 %. Air mempunyai sifat-sifat fisik dan kimia yang yang merupakan medium yang baik untuk ion anorganik dan zat organic dalam otot.
- Protein, otot tersusun atas 20% dari protein. Kandungan protein berhubungan erat dengan sifat kontraksi otot.
- Bahan anorganik, terbentuk dalam bentuk ion, contohnya ion kalium dan natrium.
- Bahan organik, seperti glikogen, lipida, steroid, dan senyawa lain seperti ATP, keratin, dan fofokreatin.
3.3
Sifat-Sifat Otot
Pada dasarnya ada 4 sifat jaringan otot:
- Kemampuan menegang, apabila mendapatkan rangsang dimana otot dapat menegang atau memendek.
- Kemampuan memanjang.
- Elastisitas atau kekenyalan, setelah mengalami pemanjangan atau pengembangan.
- Peka terhadap rangsang atau irritabilitas, otot mampu mengadakan tanggapan atau respon bila otot dirangsang.
3.4
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kontraksi Otot Rangka
Selain perangsangan saraf, berbagai factor
lain yang mempengaruhi kinerja kontraksi otot rangka. Panjang awal otot, yang
berkaitan dengan jumlah jembatan silang yang dapat dihasilkan oleh tumpang
tindih (overlapping) filament aktin dan myosin merupakan factor yang
mempengaruhi kekuatan kontraksi otot rangka. Sehubungan dengan hal ini, perlu
di ingat bahwa otot rangka melekat pada tulang sehingga kekuatan kontraksi yang
dihasilkan akan sangat bergantung pada kedudukan sendi serta arah serat otot
terhadap aksis kebebasan gerak sendinya. Faktor lain yang yang juga dapat
mempengaruhi kinerja kontraksi yang merupakan bahan dasar otot maupun enzim
yang berperan dalam kontraksi otot rangka. Penelitian mutakhir menunjukkan
bahwa faktor sentral (sistem saraf pusat), cadangan glikogen otot juga dapat
mempengaruhi kinerja otot pada kondisi tertentu, antara lain berupa timbulnya
kelelahan otot.
3.5
Sumber Energi Kontraksi Otot
Proses kontraksi dan relaksasi otot
senantiasa membutuhkan pasokan ATP yang diperoleh dari berbagai jalur
metabolisme sumber energi di dalam otot rangka. Hidrolisis ATP akan
menghasilkan energi baik mekanik maupun panas(termal). Energi mekanik tersebut
akan menjadi tegangan otot, yang memendekkan berkas otot jika tegangan tersebut
melampaui beban yang harus di lawannya. Kontraksi otot yang memendekkan berkas
otot disebut kontraksi isotonic. Jika tegangan otot lebih rendah dari beban
yang harus dilawan oleh otot tersebut maka kontraksi tidak akan menubah panjang
berkas otot, yang disebut sebagai kontraksi isomeric. Sesungguhnya, sebagian
besar energi yang dihasilkan oleh proses kontraksi otot adalah dalam bentuk
energi panas. Fungsi otot rangka sebagai penghasil energi terbesar di tubuh
manusia sangat besar peranannya dalam pengaturan keseimbangan panas.



Tidak ada komentar:
Posting Komentar